Simulasi CAT – Berikut informasi tentang sekolah kedinasan dengan syarat kesehatan dan kebugaran fisik yang ketat.
Sekolah kedinasan adalah pilihan pendidikan tinggi yang diminati banyak siswa baik karena kuliahnya gratis, ada uang saku, maupun jaminan menjadi ASN (Calon Pegawai Negeri Sipil). Namun, tidak semua sekolah kedinasan hanya mengandalkan nilai akademik. Beberapa lembaga bahkan memberlakukan standar kesehatan fisik dan kebugaran yang sangat ketat. Artikel ini membahas secara lengkap:
-
Apa itu tes kesehatan dan kebugaran di sekolah kedinasan
-
Daftar sekolah kedinasan dengan persyaratan fisik tinggi
-
Rincian jenis tes dan ambang batasnya
-
Alasan mengapa persyaratan fisik sangat penting
-
Tips persiapan untuk calon pendaftar
1. Pentingnya Tes Kesehatan & Kebugaran di Sekolah Kedinasan
Tidak seperti perguruan tinggi umum, sekolah kedinasan sering mencetak ASN yang harus siap bertugas dalam kondisi fisik optimal. Ada dua alasan utama persyaratan fisik diberlakukan:
-
Kesiapan menjalani pendidikan yang berat
Banyak sekolah kedinasan menerapkan sistem semi-militer dengan rutinitas fisik seperti baris-berbaris, latihan pagi, hingga aktivitas lapangan. Tes kebugaran memastikan peserta bisa mengikuti seluruh tahapan pendidikan tanpa hambatan -
Menyaring gaya hidup calon mahasiswa
Tes kesehatan dan urine sering digunakan untuk memeriksa riwayat penggunaan narkoba serta pola hidup calon mahasiswa. Ini penting untuk menjaga integritas dan profesionalisme calon ASN .
2. Sekolah Kedinasan dengan Persyaratan Fisik Ketat
Berikut beberapa sekolah kedinasan yang menerapkan tes fisik/kebugaran:
a. IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri)
-
Tes fisik: lari 12 menit, push-up, sit-up, pull-up, shuttle run
-
Ambang batas: push-up 35–45 kali/menit (laki-laki), sit-up 45 kali
b. STIN (Sekolah Tinggi Intelijen Negara)
-
Tes fisik: lari 12 menit, push-up, sit-up, pull-up, shuttle run
c. PKN STAN
-
Tes kebugaran: lari 12 menit, push-up, sit-up, shuttle run
d. Kemenhub (Sekolah Kedinasan di bawah Kemenhub)
-
Tes fisik: lari 12 menit, push-up, sit-up, shuttle run
e. Poltek SSN
-
Tes fisik: lari 12 menit, push-up, sit-up, pull-up
f. STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)
-
Tes fisik: Cooper test—lari 2,4 km dengan catatan waktu tertentu
3. Jenis Tes dan Ambang Standarnya
Tes kebugaran fisik yang diberlakukan di sekolah kedinasan memiliki bentuk dan standar yang bervariasi tergantung pada instansi yang menaunginya. Tes yang paling umum dilakukan adalah lari selama 12 menit, yang digunakan oleh IPDN, STIN, PKN STAN, dan Poltek SSN. Dalam tes ini, peserta diharapkan mampu menempuh jarak antara 2,4 hingga 3,2 kilometer dalam waktu tersebut. Jarak tempuh minimum yang disarankan biasanya berada di angka 2,4 km sebagai batas aman kelulusan, sementara pencapaian di atas 3 km dianggap sangat baik dan menunjukkan kebugaran tinggi.
Selain lari, tes push-up selama satu menit juga menjadi penilaian penting, terutama di IPDN dan STIN. Untuk peserta laki-laki, biasanya ditargetkan mampu melakukan antara 35 hingga 45 kali dalam satu menit, sementara peserta perempuan umumnya ditoleransi untuk melakukan 30 hingga 35 kali. Push-up bertujuan mengukur kekuatan otot lengan dan daya tahan tubuh bagian atas.
Kemudian, tes sit-up satu menit juga digunakan secara luas untuk menilai kekuatan dan daya tahan otot perut. Ambang batas yang sering digunakan adalah sekitar 45 kali sit-up dalam satu menit, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Jumlah ini menunjukkan kapasitas otot perut yang cukup untuk mendukung aktivitas fisik berintensitas sedang hingga tinggi selama pendidikan kedinasan.
Beberapa sekolah, seperti STIN dan Poltek SSN, juga mensyaratkan pull-up dalam satu menit sebagai salah satu bentuk tes kesamaptaan. Untuk peserta laki-laki, standar idealnya adalah mampu melakukan sekitar 18 kali pull-up. Tes ini mengukur kekuatan tubuh bagian atas secara menyeluruh, terutama punggung dan lengan.
Tes lainnya yang juga umum diterapkan adalah shuttle run, yaitu berlari bolak-balik dalam jarak pendek (biasanya 3×20 meter) dalam waktu secepat mungkin. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur kelincahan, refleks, dan akselerasi tubuh. Sering kali, kecepatan dan koordinasi yang baik dalam shuttle run menunjukkan kesiapan fisik yang lebih menyeluruh, khususnya untuk tugas yang memerlukan gerak cepat dan tanggap.
Di STMKG, tes kebugaran yang digunakan adalah Cooper Test, yaitu berlari sejauh 2,4 kilometer dengan batas waktu tertentu. Tes ini bukan hanya mengukur jarak, tetapi juga waktu tempuh sebagai indikator daya tahan jantung dan paru-paru. Jika peserta mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat, biasanya di bawah 12 menit, maka dianggap memiliki kebugaran kardiovaskular yang memadai.
Melalui serangkaian tes fisik tersebut, sekolah-sekolah kedinasan tidak hanya mencari calon mahasiswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga yang tangguh secara fisik, siap menjalani pendidikan intensif, serta sanggup menghadapi tantangan dinas di lapangan. Tes-tes ini juga berperan penting dalam menyaring peserta yang sudah memiliki kedisiplinan hidup sehat sejak dini, karena hampir seluruhnya membutuhkan latihan rutin agar bisa lolos ambang batas yang ditetapkan.
4. Sekolah Kedinasan Tanpa Tes Fisik, tapi Tetap Ketat
Beberapa sekolah tidak memerlukan tes kebugaran berat, tetapi tetap memiliki persyaratan kesehatan ketat:
-
STIS (Politeknik Statistika) – cukup sehat jasmani & rohani, bebas buta warna, dan lensa maksimal 6 dioptri
-
PKN STAN – tes kesehatan dasar, tidak terlalu berat fisiknya
-
STMKG – tidak ada tes fisik, tapi syarat tinggi badan & mata lah yang ketat
-
Poltekim/Poltekip – syarat tinggi badan, bebas tato/tindik, fisik sehat
5. Mengapa Persyaratan Fisik Kita Perlu?
a. Memastikan kelayakan fisik
Program kedinasan bersifat padat dan penuh aktivitas. Tes fisik memastikan calon memiliki stamina yang cukup
b. Menekankan disiplin dan gaya hidup sehat
Skor dari tes fisik mencerminkan kebiasaan olah-raga dan pola hidup. ASN diharapkan memiliki gaya hidup bebas narkoba dan patuh aturan .
c. Menormalkan standar nasional
Untuk menjaga kualitas ASN, pemerintah menetapkan standar fisik seperti BMI, tinggi badan, lari jarak tertentu, dan jumlah push-up/sit-up.
d. Mengurangi drop-out
Dengan menyaring kandidat yang fisiknya lemah, sekolah menghindari jumlah mahasiswa yang gagal di tengah jalur pendidikan karena kondisi fisik.
6. Persyaratan Kesehatan Non-Fisik & Pemeriksaan Laboratorium
Selain tes fisik, pemerintah juga mewajibkan rangkaian tes kesehatan menyeluruh, seperti:
-
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati, ginjal, kolesterol, gula darah
-
Tes urine: untuk memeriksa narkoba
-
Cek mata & kesehatan umum: bebas buta warna, toleransi lensa 6 dioptri
-
Diagnostik non-lab: rontgen thoraks, elektrokardiogram (EKG), dan rekam medis
7. Testimoni dari Forum Online
Beberapa diskusi di Reddit mencerminkan betapa ketatnya standar tinggi badan dan berat badan di sekolah kedinasan.
“Kalau overweight nggak boleh masuk ke akademi polisi ya? Baru tahu kalau sistemnya seperti itu.”
“Tes lari 12 menit = 2,4 km, push-up 41 kali, sit-up 45 kali, pull-up 18 kali,… 5‑6 bulan latihan intensif diperlukan.”
Diskusi ini menegaskan bahwa kesehatan fisik bukan sekadar formalitas, tapi penentu lolos-tidaknya calon.
8. Tips Persiapan Lolos Tes Kesehatan & Kebugaran
-
Rutin olahraga kardio
Latihan lari atau jogging 30–60 menit beberapa kali seminggu untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan. -
Latihan kekuatan tubuh
Push-up, sit-up, dan pull-up tiap hari—tambahkan repetisi secara bertahap. -
Shuttle run practice
Latihan berlari cepat bolak-balik dengan jarak pendek. -
Jaga pola makan dan berat badan
Pastikan BMI sesuai standar, terutama untuk tes tinggi-berat badan di Poltekim/STMKG. -
Cek kesehatan rutin
Lakukan pemeriksaan sederhana seperti tensi darah, gula darah, dan kolesterol sebelum ujian. -
Pemulihan dan istirahat cukup
Tidur yang cukup, konsumsi air putih, dan makan bergizi—penting untuk stamina. -
Simulasi tes berkala
Usahakan lari 2,4 km dalam 12 menit, push-up/sit-up di bawah 1 menit, dan pull-up/sit-up untuk standar IPDN/STIN.
9. Kesimpulan
Sekolah kedinasan yang mensyaratkan tes fisik dan kesehatan yang ketat memang menantang. Namun, tujuan utamanya bukan hanya mencari yang kuat secara fisik, melainkan juga yang disiplin, sehat, dan siap mengabdi dalam tugas formal ASN. Meski ada beberapa sekolah yang tidak menerapkan tes fisik, semua diberi batas kesehatan ketat untuk menjamin kualitas calon yang lolos.
Calon mahasiswa sekolah kedinasan harus mempersiapkan diri tidak hanya secara akademik, tetapi juga menjaga gaya hidup sehat dan kebugaran tubuh. Persiapan yang matang meningkatkan peluang sukses—baik di tes fisik maupun dalam pendidikan kedinasan yang menantang.
Sumber : Kumparan.com; reddit.com; Kompasiana.com
Jangan lupa untuk mengunjungi link-link berikut agar persiapan seleksi kalian lebih matang, ya!